Rabu, 01 Juli 2009

Paradigma Siklikal



Dalam setiap karya fikiran setidaknya akan selalu mengandung pesan dari subjek pemikir kepada objek persona yang dituju. pesan tersebut tidaklah bebas nilai, mengandung bias perspektif sehingga sepatutnya "insan" yang paripurna pemikirannya, mesti "mencerna" hasil olah pemikiran tersebut dengan bijak. karena apabila tidak, kita akan "tersesat" dalam belantara "doktrinasi" objek karya fikir tersebut.

Setidaknya terdapat 3 mazhab besar yang yang dapat dijadikan alat analis kita dalam "mencerna" perspektif berfikir suatu hasil karya fikir, serta derivasinya dan implikasi dari "kepasrahan taqlid" kita terhadapnya, yakkni :
- Perspektif Marxian,,menurut mazhab ini suatu karya fikir tidaklah akan pernah terlepas dari pengaruh kondisi sosial-ekonomi-politik semasa objek pemikir menciptakan "masterpiece" pemikirannya. misalnya "il principe" masterpiece Niccolo Machevelli yang ditulis tahun 1513,,mungkin kita akan menganggap betapa Macchevelli begitu "otoriter" serta menganjurkan sistem kepemimpinan otoriterianisme dalam kerangka menciptakan kesejahteraan bagi rakyat.

begitu "gila" dengan nasihatnya yang blak-blakan bahwa seorang penguasa yang ingin tetap berkuasa dan memperkuat kekuasaannya haruslah menggunakan tipu muslihat, licik dan dusta, digabung dengan penggunaan kekejaman penggunaan kekuatan. padahal tulisannya tidak terlepas dari pengaruh sosial-ekonomi-politik "republik florence" yang lemah, hanya memiliki tentara bayaran serta resiko kudeta selalu terjadi. untuk itulah "il Principe" menganjurkan agar raja mesti kuatt secara pribadi serta mesti menggunakan segala cara dalam mempetahankan kuasanya. untuk itulah kita tidak mesti "mensesatkan" pemikiran mereka, baik marx, Maccheveli, Hegel dan lainnya,,aryanya bersenyawa dengan zamannya.

-Perspektif Freud-ian,,,Dalam perspektif ini suatu hasil karya pemikiran tidak terlepas dari bias penguasaan libido hasrat kuasa subjek pemikir kepada objek pembacanya. Setiap karya akan selalu mengarah kepada penguasaan kesadaran berfikir, karena persona subjek pemikir tidak terlepas dari bias subjektifitas alam bawah sadar hsrat penguasaan. Sigmund freud sebagai seorang psikoanalis, cenderung melihat pribadi manusia akan selalu timbul hasrat ("refleksi" dari memuncaknya libido) dalam dirinya yang tertuang dalam setiap karya pemikirannya dalam kerangka "menguasai kesadaran" objek "receiver" yang di tuju. "Das kapital" Marx atau "An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations" karya Adam smith yang disebut-sebut sebagai bapak kapitalisme klasik, adalah merupakan upaya untuk "menguasai" kesadaran berfikir setiap pembacanya. untuk itulah "insan" pembaca mesti kritis dalam memaknai setiap karya para pemikir/ Tidak "taken 4 Granted", tapi secara kritis menganalisanya berdasarkan infra maupun supra struktur arsitektur bangunan perekonomian pada setiap zamannya.

-Perspektif Durkheim-an,,